.

Takdir itu tidak ada. Manusia tidak hidup hanya sebatas "sudah ditentukan takdir", semua butuh usaha.

Kamis, 14 Agustus 2014

Sorry for spam!!! Really bad mood!!!

Di umurku sekarang, teman-teman sepantaranku biasanya anak paling besar. Aku malah yg terakhir dr 12 bersaudara. Tau kan membesarkan satu orang anak aja susah? Bisa bayangin gimana kalau 12 anak? Tau seberapa tua mamak bapakku? Tau sejauh mana yang diperjuangkan? Jajanku sendiri aja udah sebesar gaji pns. Belum keperluan rumah. Belum uang sekolah. Belum ini belum itu. Belum abangku belum kakakku. Kebayang gimana usaha mereka membiayai kami? Kami bukan orang kaya. Bukan. Rumah kami bukan rumah gedong. Bukan. Cuma sepetak. Tapi tau kayakmana beli rumah ini puluhan tahun yg lalu? Emangnya segampang sekarang? Perumahan berserak dimana-mana, bisa cicil sekian puluh tahun, dp bisa di angsur, ada juga KPR. Nggak gitu. Tau image jaman dulu kalau punya rumah di perumahan? Nggak perlu ku jelaskan. Bisa mikir sendiri kan? Sombong? Tidak. Saya hanya tidak senang Anda menghina orang tua saya. Atas dasar apa orang yang anaknya susah sekolah susah makan susah hidup, menghina orang yang sudah mati-matian banting tulang menafkahi dan memberikan kehidupan layak pada keluarganya? Atas dasar apa Anda mengomentari rumah kami yang sepetak sementara Anda pun tidak memiliki rumah? Coba tanya Tuhan kenapa Anda tidak dicukupi? Tidak cukup saja sombong bukan main dan seenaknya menghina orang lain. Bagaimana jika cukup? Bagaimana jika sudah berlebihan? Mungkin Tuhan tau jawabannya.

Minggu, 10 Februari 2013

SATU


Jumlah satu itu sedikit atau banyak? Tergantung satu apa? Satu rupiah sedikit. Satu juta rupiah banyak. Satu menit sebentar. Satu hari lumayan. Satu tahun waktu yang lama. Apalagi satu abad. Satu butir nasi apalah artinya. Satu piring nasi barulah namanya makan. Satu bakul nasi jatah 4 atau 5 orang. Sekali lagi, tergantung satu apa?

Pada masanya, satu talenta bukan jumlah yang sedikit. Bahkan sesungguhnya, sangat besar. Talenta adalah satuan (berat) uang Yunani yang tertinggi nilainya. Dengan satu talenta saja, orang sudah bisa membeli 200 ekor lembu! Masing-masing hamba memang diberi jumlah talenta yang berbeda. Tetapi yang paling sedikit pun tetap berjumlah besar. Jadi, tidak ada alasan untuk memendamnya. Tidak ada alasan untuk berkata "tidak cukup". Bagaimana kalau masih dipendam juga? Tidak ada penyebab lain lagi, selain kenyataan bahwa ia adalah hamba yang malas! (ayat 26). Ia mengira jumlah satu itu sedikit dan tak ada artinya memiliki hanya satu talenta.

Kita pun sering begitu. Mengira satu itu kecil! Apalah artinya? Padahal tidak. Satu senyuman memulai sebuah persahabatan. Satu nyanyian ikut mencipta suasana romantis. Satu tepukan di pundak mampu memompa semangat. Satu bintang dapat memandu pelaut. Satu hak suara sanggup mengubah wajah suatu bangsa. Satu langkah menjadi awal sebuah perjalanan panjang. Satu kata mengawali sebuah doa. Satu orang diri Anda berharga di mata-Nya. Satu orang beriman bisa menghantar 10, 100, bahkan 1.000 orang untuk mengenal Tuhan. Satu peran menjadikan sebuah pelayanan lengkap. Jadi, mengapa tidak mulai dari yang satu itu?

SEMUA ANGKA LAIN BERAWAL DARI ANGKA SATU
SEMUA MIMPI BESAR DIMULAI OLEH SATU TINDAKAN KECIL

Sabtu, 09 Februari 2013

KERANG


"Apakah Anda tahu bagaimana seekor kerang dapat menghasilkan sebuah mutiara? Seekor kerang yang hidup dalam keadaan sempurna dan situasi ideal tidak akan menghasilkan sebuah mutiara secara alami.
Ketika debu atau pasir atau batu karang kecil secara tidak sengaja masuk ke cangkang kerang, kerang tersebut sadar akan adanya benda asing di dalam tubuhnya. Kerang tersebut akan merasakan kesakitan yang disebabkan benda asing yang masuk ke tubuhnya, dan kerang ini akan mengeluarkan “air mata” untuk membungkus benda asing tersebut. Air mata ini secara perlahan-lahan mengeras dan akhirnya akan membentuk lapisan keras yang membungkus seluruh benda asing tersebut. Semakin besar benda asing yang masuk, semakin sakitlah kerang tersebut dan semakin banyaklah air mata yang ia keluarkan, sehingga pada akhirnya semakin besar dan semakin indah mutiara yang akan dihasilkan."

Cerita tentang seekor kerang ini telah memberi saya inspirasi untuk tetap bertahan dalam kesulitan dan rintangan. Peristiwa-peristiwa yang membuat kita paling menderita dan mengalami banyak kesusahan pada umumnya adalah peristiwa yang berakhir dengan kemenangan-kemenangan besar. Itu terjadi tidak hanya sekali. Saya rasa ini seperti hukum universal. Suatu pattern of success (pola sukses).

Disadur dari Buku Merry Riana: A GIFT FROM A FRIEND, hal.180-182

Senin, 21 Januari 2013

Menyikapi Kehamilan yang Tidak Di-inginkan


Tak bisa dipungkiri lagi bahwa saat ini pergaulan para remaja sudah sangat melewati batas. Ketika para remaja menikmati kehidupan seks di luar nikah, dan memiliki kandungan yang tidak direncanakan, apa yang harus dilakukan?
Mungkin sebagian besar para remaja akan merasa malu dan ingin menggugurkan kandungannya.
Tapi tidakkah anda tau, hal itu adalah anugerah dari Tuhan?
Seorang perempuan tidak akan sempurna jika tidak bisa melahirkan seorang anak dari rahimnya sendiri. Lalu saat kita mendapatkan anugerah tersebut, mengapa kita harus melepaskannya?
Mungkin beberapa orang akan mengatakan “ini bukan saat yang tepat untuk memiliki anak”. Tapi lebih baik mana, memiliki anak disaat yang tidak tepat atau sama sekali tak memiliki anak?
Jadi, hamil diluar nikah, berkat atau musibah? Itu semua bagaimana cara Anda memandangnya, jika Anda mensyukurinya sebagai berkat, maka hanya berkatlah yang Anda terima.
Memang di satu sisi, hamil muda untuk wanita yang belum menikah adalah sesuatu yang tidak baik, dan dianggap sebagai hal buruk dalam masyarakat. Tapi apa yang bisa kita perbuat jika semua remaja sudah seperti itu? Mungkin untuk mengurangi tingginya angka aborsi, kita sebagai masyarakat tak perlu mengucilkan wanita yang hamil diluar nikah. Bagaimanapun juga kita manusia tidak pernah luput dari kesalahan. Dan untuk para orang tua, ada baiknya untuk tidak semakin menekan anaknya. Bagaimanapun juga, hal itu sudah terjadi, dan kandungan tidak mungkin digugurkan, karna hal itu bertentangan dengan firman Tuhan. Mungkin akan terasa sulit untuk para orangtua yang mengetahui anaknya hamil diluar nikah, tapi cobalah untuk menerimanya. Berilah dukungan kepada si calon ibu, agar tetap semangat, tidak merasa tertekan, dan dapat melahirkan bayi yang sehat.

Untuk mengantisipasi kehamilan yang tidak diinginkan, menurut saya mungkin para orangtua dapat memberikan pelajaran dan pengarahan tentang kehidupan seks pada anak-anaknya. Berkomunikasi secara terbuka pada anak akan membuat si anak merasa nyaman bersama orangtua.
Di Indonesia, para orangtua akan merasa risih dan canggung jika membicarakan tentang seks, karna para orangtua merasa hal itu tidak sepantasnya untuk dibicarakan.
Pada kenyataannya remaja yang terjerumus dalam seks bebas adalah anak-anak yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap seks itu sendiri, dan mungkin juga karna kurangnya komunikasi, perhatian dan pengarahan dari orangtua.
Jika tidak ada yang mengajarkan hal baik dan buruk tentang seks itu, bagaimana seorang anak akan belajar? Tentu manusia akan belajar dari lingkungannya. Dan seperti yang kita tahu, bagaimana lingkungan akan mengajarkan para remaja? Begitu banyak situs dewasa tersebar di internet dan media sosial lainnya. Lingkungan hanya akan memberitahu pada remaja tentang bagaimana menikmati seks, bukan kapan dan dengan siapa hal itu harus dilakukan.
Mungkin langkah yang bisa diambil orangtua adalah dengan mengikutkan anaknya dalam kegiatan-kegiatan tertentu,  sehingga sang anak tidak memiliki cukup waktu untuk memikirkan seks. Bisa juga membiarkan anaknya aktif dalam kegiatan ditempat ibadah, karna yang paling penting untuk mendidik seorang anak, adalah terlebih dahulu mendidiknya dengan baik secara rohaniah.
Dan saat anak sudah mulai mengerti tentang cinta, mungkin orangtua bisa mengarahkan anaknya tentang kriteria laki-laki yang bagaimana yang bisa dipercaya dan pantas dijadikan kekasih.  Para orangtua mungkin dapat memberlakukan peraturan seperti misalnya boleh pacaran tetapi harus pacaran yang sehat, dan juga harus mendapat prestasi yang baik. Dan orangtua juga seharusnya menjelaskan hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama pacaran. Sampaikan hal-hal ini dengan cara yang baik sehingga si anak tidak salah mengartikan anda sebagai orangtua yang terlalu protektif dan terlalu mengatur. Sering kali orangtua salah menyampaikan maksud dan tujuan mereka dan membuat si anak merasa di kekang, hal seperti itulah yang membuat anak semakin membangkang dan melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan.
Para orangtua  tidak perlu terlalu mengekang hubungan si anak, mungkin orangtua juga boleh sedikit aktif memperhatikan hubungan anaknya. Mengenal siapa dan bagaimana kelakuan sang kekasih, dan memberi kepercayaan pada si anak dan kekasihnya. Sehingga sang anak tidak berpacaran secara sembunyi-sembunyi, dan tentu saja hal seperti ini akan memudahkan para orangtua untuk mengontrol kelakuan anaknya.
Tulisan ini hanyalah menurut pandangan saya secara pribadi, jika ada kata-kata yang salah, dan mungkin ada yang tidak berkenan di hati para bloggers, saya mohon maaf. Semoga bermanfaat.


Semoga Tuhan selalu memberkati,
 Paula

Senin, 14 Januari 2013

Ayahku



Well, Ayah siapa yang tak hebat? Apakah ada yang tak mengagumi ayahnya? Ayah. Sebenarnya selalu ada hal yang bergejolak dihatiku jika aku mendengar kata ini. Ayah adalah sosok yang sangat bisa membuat hatiku gemetar.
Mari aku ceritakan, aku adalah anak terakhir dari 12 bersaudara, dan saat ini umurku 18 tahun dan berkuliah di salah satu universitas swasta di pulau Bali. Saat ini ayahku berumur 72 tahun. Sedikit aneh ketika aku bercerita tentang ayahku kepada semua teman-temanku. Bagaimana tidak, tak sedikit yang mengakui bahwa umur ayahku lebih tua dari kakek mereka
:)
Yang paling mengagumkan itu adalah ketika aku menyadari di umurnya yang begitu rentan, Ayah masih saja terlihat super tampan, ingatannya juga masih kuat, dan Beliau masih berjalan dengan gagahnya. Ayah seorang wirausaha, memang bukan seorang pengusaha besar, tetapi di tahun 2013 ini, disaat semua orang mengalami kesulitan keuangan untuk menafkahi keluarganya, tapi ayahku mampu membesarkan dan memberikan pendidikan yang baik untuk seluruh putra-putrinya. Setahun belakangan ini Ayah membuka usaha baru, peternakan ikan di Desa Tongging di pinggiran Danau Toba, Sumatera Utara. Begini memang nasib seorang wirausaha, tak memiliki gaji tetap dan tak bisa merasakan masa pensiun. Sampai saat ini Ayah masih saja berwirausaha, Ayah yang menakjubkan bukan?

Begini, kami bukan keluarga kaya raya, tetapi aku tahu bahwa kami selalu memiliki keuangan yang baik. Ayah siapa yang ketika memiliki finansial yang baik tetapi tidak memanjakan keluarganya? Ayah siapa yang tak memprioritaskan kenyamanan keluarganya? I tell you now. That’s my daddy!
Dulu aku merasa kesal ketika Ayah tak pernah membelikanku baju baru, tidak membelikanku perhiasan, ataupun gadget yang keren. Lalu mengapa Ayah selalu saja sangat royal terhadap sanak saudara dan kerabat kerjanya? Saat itu aku merasa Ayah tak pernah memperlakukan kami dengan adil. Lalu muncul pertanyaan dalam benakku, “Untuk siapa Ayah bekerja jika bukan untuk memenuhi kebutuhan kami?” Sungguh mengherankan, mengapa Ayah tak bisa seperti Ayah orang lain? Ketika Ayah memiliki rejeki yang baik, mengapa Ayah tidak memperindah rumah kami, atau memperbanyak mobil, atau mungkin mengajak kami berjalan-jalan?
Lalu setelah aku menyelesaikan sekolahku, aku sepertinya mulai mengerti jalan pikiran Ayah. Ayah memang jarang membelikan kami barang mewah, tetapi yang terpenting adalah kami selalu berkecukupan dan tak pernah kekurangan apapun. Kami juga disekolahkan di perguruan Katolik ternama yang selalu mengajarkan etika dan kedisiplinan. Setiap hari juga tersedia makanan yang bergizi, yang aku maksudkan disini adalah “benar-benar bergizi” karena Ayah tak pernah mengijinkan kami makan masakan yang diberi bumbu penyedap, atau mungkin makan makanan siap saji, dan makanan yang memiliki zat pengawet. Masakan di rumah kami murni selalu menggunakan bumbu dapur seadanya, dan Ayah Ibuku juga tak pernah keberatan untuk mengeluarkan dana ekstra untuk membeli daging, ikan, sayur, dan buah-buahan dengan kualitas yang terbaik.
Lalu mengapa Ayah tak pernah membelikanku baju baru? Bisakah anda bayangkan di umur 18 tahun, aku tetap saja mengenakan pakaian turun temurun? Well, maksudku pakaian turun temurun ini adalah pakaian yang tidak dipakai lagi oleh kakak-kakakku. Ini tahun 2013, dan semua orang berlomba-lomba untuk menjadi remaja modis. Aku bukannya ingin memaksakan keadaan. Aku beritahu sekali lagi, aku berasal dari keluarga mampu. Lain halnya jika tadi aku berasal dari keluarga yang tidak berkecukupan. Terkadang aku merasa sangat angkuh jika aku mengucapkan kata-kata ini. Tapi tidakkah Anda merasakan hal yang sama jika Anda diposisiku? Jika anda berada didalam keluarga yang berfinansial baik, tidakkah Anda selalu ingin mempercantik penampilan?
Oke, lalu aku menyadari satu hal. Hal ini sangat mencolok bagiku. Ini tentang uang saku. Seperti yang sudah ku katakan sebelumnya, dulu aku bersekolah di sekolah swasta, sebagian besar teman-temanku juga berasal dari keluarga terpandang, dan sebagian juga dari keluarga yang pas-pasan. Hal ini kusadari ketika jam istirahat dimana semua orang akan berkumpul di kantin untuk menyantap hidangan yang nikmat, namun cukup mahal untuk kantong anak sekolahan. Aku melihat beberapa dari mereka yang tidak peduli dengan seberapa banyak uang yang mereka keluarkan, karena bagi mereka uang itu seperti air yang akan terus mengalir ke dalam kantong mereka. Dan yang lainnya mengaku harus menahan lapar hanya untuk bisa makan sekali dalam seminggu di kantin, biasanya mereka memilih makan dikantin pada hari Rabu, karena di hari Rabu ada pelajaran olahraga, dan itu berarti mereka butuh energi tambahan. Hal ini menyadarkanku bahwa aku memiliki uang saku yang lebih dari cukup. Bisakah anda menangkap hal apa yang ingin aku sampaikan? Setiap hari keluarga kami berkecukupan makanan yang enak dan bergizi, aku tak pernah merasa kelaparan, dan aku juga tak perlu repot-repot menyisihkan uang jajanku untuk bisa makan siang di kantin. Setiap harinya aku diantar jemput dengan mobil pribadi ayahku, dan aku selalu diberikan uang saku yang jumlahnya berkali-kali lipat dari uang saku teman-temanku. Akhirnya aku menyadari bahwa dari uang saku itulah Ayahku mewujud-nyatakan hal-hal yang selama ini aku tanyakan dalam hatiku. Bukankah aku tidak dibelikan baju baru? Setelah ku pikirkan, dan setelah ku kalkulasikan uang saku-ku, maka banyak hal yang kusadari. Jika aku menggunakan uang itu untuk hal-hal yang seperlunya saja, setiap minggunya uang saku-ku akan cukup untuk membeli sepasang baju yang bagus, dan juga akan cukup membeli sepatu dengan kualitas yang baik! Lalu bagaimana dengan gadget yang ku inginkan? Ya, aku hanya perlu menabung uang saku-ku selama 3-4bulan, maka aku akan mendapatkan gadget tersebut! Can you see how great my daddy? Aku tau, uang bukanlah hal yang sulit untuknya. Ayah bisa memberikan kami semuanya secara cepat dan cuma-cuma, tapi Ayah tidak melakukan itu. Beliau lebih memilih untuk melengkapi apa yang kami butuhkan dengan caranya sendiri. Ayah memanjakan kami, tetapi tidak menjadikan kami anak yang manja. Secara tidak langsung Ayah memberitahu kami bahwa kesuksesan yang Ayah miliki saat ini, pasti Ayah dapatkan dengan usaha dan kerja keras. Dan aku tahu Ayah pasti menginginkan kami jadi sepertinya, aku tau Ayah ingin kami mendapatkan apa yang kami mau dengan cara terbang seperti burung dan mengejar berkat dari Tuhan, bukan hanya diam dan menantikan berkat itu jatuh dari langit dan muncul secara tiba-tiba didepan wajah kami.
Lalu mengapa Ayah selalu royal pada orang lain yang bukan keluarganya? Mengapa Ayah tidak memprioritaskan kebutuhan keluarganya terlebih dahulu, lalu membantu orang lain? Sekarang aku tau, apapun yang Ayah lakukan, baik dan buruk, benar ataupun salah dimataku, tapi aku yakin bahwasanya Ayah telah memprioritaskan kami terlebih dahulu, tentu saja dengan caranya yang terkadang tidak dapat kupahami.
Beliau memang suka membagikan keberuntungannya kepada orang lain, disinilah aku tahu, bahwa dengan caranya yang seperti itulah maka rejeki kami selalu mengalir, kami selalu berkecukupan, dan tak kekurangan suatu apapun. Aku merasa beruntung dikeluarga ini, tentu saja dengan ayahku yang super hebat. Banyak keluarga diluar sana yang kaya raya, berkelimpahan kemewahan, tetapi tak pernah mendapat perhatian dari orangtuanya. Dan sebaliknya ada yang memiliki waktu banyak bersama orang tuanya tetapi mereka tidak memiliki finansial yang baik. Dan aku disini tidak bergelimangan harta, tetapi bergelimangan berkat dari Tuhan karena Tuhan sudah memberikan keluarga ini padaku. Dan keluargaku sudah lebih dari cukup.
Terkadang aku juga memikirkan hal-hal yang sangat buruk. Aku berfikir saat ini usiaku masih 18tahun, dan ayahku sudah mencapai umur 72 tahun. Hal ini tentu saja membuatku sangat takut. Begitu banyak kekhawatiran, akankah aku bisa sukses seperti Ayah dan membanggakannya sebelum waktunya tiba? Aku sering membayangkan, apapun hal yang aku lakukan, seolah-olah semuanya demi Ayah. Aku juga ingin 7-8 tahun lagi, Ayah masih ada disisiku, merestui pernikahanku dengan orang yang kucintai, dan tentu saja memberi nama pada anak pertamaku. Pasti akan terasa sangat tidak adil, jika Ayah menimang cucu dari abang dan kakakku, tetapi tidak dari aku. Aku tau semua ini terlalu cepat kupikirkan. Tapi inilah harapan terbesarku. Karna kesuksesan yang nanti akan diraih, tidak akan menjadi berarti jika kita tidak bersama orang yang kita kasihi.
Dan pada akhirnya aku pikir aku tak perlu begitu banyak motivator terkenal, karena Ayah juga bisa jadi motivator terhebat untuk diri sendiri :)
Entah bagaimana, aku selalu yakin suatu saat nanti aku akan pulang ke kampung halamanku, dan hanya kesuksesan yang akan kubawa. Dan tentu saja, gadis kecil Ayah sudah bukan gadis kecil lagi. Ayah, terima kasih Ayah :)
 
Salam hangat, Paula.

Apakah Jodoh itu sudah ditentukan Tuhan?


Ada yang bilang bahwasanya kita tak perlu mencinta secara berlebihan, dan kita juga tak perlu bersusah payah mengejar cinta, dan mencari jodoh kesana kemari. Ada yang merelakan cintanya pergi dengan alasan “kalau jodoh gak lari kemana” “kalau jodoh, pasti nanti balik lagi”. Ada yang bilang kita takperlu susah payah mencari karena Tuhan sudah menentukannya untuk kita. Ada yang bilang tak perlu berharap lebih karena mungkin nantinya kita akan kecewa ketika ternyata bukan dia yang ditentukan Tuhan untuk kita.
Apakah benar ketika kita dilahirkan, Tuhan sudah menentukan jodoh kita masing–masing?
Kalau begitu, bagaimana jika saya ilustrasikan dengan perandaian-perandaian berikut ini.
Ketika seseorang dilahirkan, dia telah memiliki jodohnya. Tapi bagaimana jika pada saat dia dewasa, dia memutuskan untuk menjadi seorang biarawan/biarawati? Apa yang terjadi dengan jodohnya? Apakah jodoh yang telah dipersiapkan tadi tidak boleh mencari dan memiliki pasangan hidup lagi?

Ketika seorang anak beranjak remaja, dan berada dalam lingkungan yang tidak baik dan mengakhiri hidupnya di usia muda. Apa yang terjadi dengan jodoh yang telah disiapkan Tuhan?

Lalu bagaimana tentang anggapan bahwa jodoh itu hanya satu untuk seumur hidup?
Bagaimana jika ilustrasinya seperti ini. Ada sepasang suami istri yang hidup bahagia dan saling mencintai. Beberapa tahun menikah, sang isteri meninggal dunia. Lalu setelah beberapa kurun waktu kemudian sang suami bertemu dengan wanita lain dan jatuh cinta lalu menikah kembali. Siapakah sebenarnya jodoh laki-laki ini? Bagaimana jika laki-laki tersebut jatuh cinta tapi tidak memutuskan untuk menikah lagi? Semuanya kembali lagi pada pilihan dan keputusan manusia itu sendiri.

Jodoh, Tuhan yang tentukan atau kita yang memilih?
Banyak orang yang mendefenisikan bahwa jodoh itu adalah dengan siapa kamu menikah pada akhirnya. Lalu bagaimana seharusnya kita menyikapi pertentangan-pertentangan sebelum dan sesudah menikah?
Sebagai contoh, dalam budaya Batak, tidak diperkenankan menikah dengan orang yang memiliki kesamaan marga. Tetapi dewasa ini, begitu banyak yang melanggar aturan adat ini. Ada beberapa orang yang menikah dengan mereka yang bermarga sama. Mereka menikah. Berarti mereka berjodoh bukan? Jadi jodoh itu Tuhan yang menentukan? Lalu kalau mereka berjodoh, mengapa mereka dikatakan melanggar adat? Mengapa pernikahan mereka dipermasalahkan? Bukankah disini adalah keputusan manusia itu sendiri untuk melanggar adat atau tidak?

Satu ilustrasi lagi. Ketika hari ini saya bangun, memulai hidup, bekerja keras dan memutuskan untuk menjadi orang yang berhasil. Katakanlah saya memiliki pekerjaan yang baik di benua Eropa. Itu tidak menutup kemungkinan bahwa saya akan menikahi salah satu warga negara asing bukan?
Lalu bagaimana jika hari ini saya bermalas-malas dan tidak menjadi orang yang sukses, apakah saya akan pergi ke Eropa? Apakah saya akan menikah disana? Apakah saya akan bertemu seseorang yang tadinya akan menjadi jodoh saya? Ingat, kita bukan didalam dongeng yang pangerannya mencari sang putri sampai ke ujung dunia.

Menurut saya, kita sendiri yang menentukan jodoh kita, kita yang menentukan kualitas dari pasangan hidup kita. Ada beberapa orang yang setelah membangun bahtera rumah tangga, mereka bertanya kepada diri mereka, bahkan mereka mempertanyakan hal ini kepada Tuhan. “Mengapa saya tidak memiliki pasangan hidup yang rupawan? Mengapa saya tidak mendapatkan pasangan hidup yang kaya raya? Mengapa pasangan hidup saya pemain judi? Mengapa pasangan hidup saya pemabuk? Mengapa pasangan hidup saya adalah orang yang sangat kasar?”
Saya pikir, sebelum Anda mendapatkan apa yang Anda mau, mulailah dari diri Anda sendiri. Apakah Anda sudah cukup baik untuk mendapatkan yang terbaik? Saya tidak membicarkan fisik, tapi secara alamiah pria/wanita baik akan tertarik untuk memulai suatu hubungan ketika bertemu dengan orang yang baik dan bisa membuat mereka merasa nyaman.

Tentukan terlebih dahulu akan menjadi apa Anda nantinya. Lalu tentukanlah siapa yang pantas untuk menjadi pasangan hidup Anda.
Karna ketika Anda sukses, Anda pastinya akan lebih banyak menghabiskan waktu Anda di lingkungan orang-orang sukses. Dan itu tidak menutup kemungkinan bahwa Anda akan bertemu seseorang yang sukses juga yang dapat menarik perhatian Anda. Jika Anda mendapatkan seseorang yang baik dalam finansial, kemungkinan besar Anda akan menjalani kehidupan yang lebih baik. Bukan hanya dari segi materi, tetapi juga dari sifat dan perilakunya. Dia sukses, sudah pasti dia berpendidikan, sudah pasti dia beretika, sudah pasti dia adalah seorang pekerja keras, juga memiliki visi dan misi. Dan dia pasti tahu bagaimana cara menghargai kerja keras dan mensyukuri kehidupan. Anda pasti akan berbahagia!
Begitu juga sebaliknya, ketika Anda tidak berada di lingkungan orang sukses, mungkin Anda bertemu seseorang yang tak bisa menghargai kehidupan? Bertemu seseorang yang tidak bisa memberikan kenyamanan untuk Anda? Jika Anda berkata, “Saya tidak butuh materi, saya mencintainya dan dia mencintai saya”. Saya beritahu pada Anda saat ini, tanpa materi, sebesar apapun rasa cinta itu, itu tidak akan berarti. Manusia tidak akan pernah bisa merealisasikan cintanya tanpa materi. Dan yang kedua, jika seorang laki-laki mencintai Anda dengan sungguh-sungguh, maka dia akan berusaha sekeras mungkin untuk membawa Anda dalam kehidupan yang lebih  baik.

Saat ini yang ingin saya katakan adalah tentukan sendiri pilihan Anda. Karena ketika Anda telah memilih pasangan hidup, baik atau buruknya dia, jangan pernah salahkan keadaan apalagi menyalahkan Tuhan, karena Tuhan pun tak pernah ingin memberi yang terburuk untuk hidup kita. Dan apakah benar kita tak perlu mencari jodoh karna semuanya sudah diatur Tuhan? Saya kira sebaliknya, sebenarnya Tuhan memberikan kita kebebasan untuk menentukan sendiri siapa yang akan menjadi pasangan hidup kita. Kita mencari, dan Tuhan hanya merestui dan mempersatukannya. Tapi tentu saja kita harus selalu meminta petunjuk dari Tuhan untuk memilih pasangan hidup yang benar-benar kita inginkan. Cintai apa yang kamu miliki. Usahakan apa yang kamu inginkan. Syukuri apa yang kamu capai.  Dan jangan lupa selalu andalkan Tuhan dalam apapun kegiatan yang Anda lakukan, percayakan semua pada Tuhan ketika Anda membuat sebuah keputusan. Apapun agama yang Anda percayai, berjalanlah bersama Tuhan. Tuhan memberkati.

With Love, Paula :)